Dari Belajar Sains, Hingga Ciptakan Alat Cuci Tangan Otomatis
Minggu, 5 Desember 2021 12:15 WIBArtikel ini menceritakan tentang implementasi merdeka belajar yang dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran sains menggunakan Pendekatan STEM dengan model Pembelajaran Project Based Learning pada peserta didik kelas V SD N 2 Binangun Kecamatan Banyumas Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah. Proses pembelajaran yang dilakukan bukan hanya membangun pengetahuan bagi siswa saja akan tetapi mengarahkan siswa untuk mampu berkreasi dan berinovasi dengan menciptakan alat cuci tangan otomatis yang bermanfaat untuk mengurangi pemborosan air bersih. Inilah makna merdeka belajar, siswa dipacu untuk berkreativitas serta membangun konsep dan pengetahuan mereka sendiri melalui desain pembelajaran yang berbasis karakteristik dan kebutuhan siswa.
“Sejatinya ruang kelas bukan sekedar tempat untuk mentransfer ilmu saja, lebih dari itu kelas adalah ruang untuk membangun konsep, pengetahuan dan pengalaman bagi peserta didik”.
Pembelajaran sains yang bermakna bukan hanya sekedar menanamkan konsep dan pengetahuan saja, lebih dari itu peserta didik diharapkan dapat mengaplikasikan konsep – konsep sains dalam kehidupan sehari – hari. Mengenalkan materi sains kepada peserta didik, memang bukan perkara mudah. Guru harus mampu mengemas pembelajaran dalam bentuk aktivitas yang menyenangkan. Belajar bukan hanya membaca buku dan menjawab soal. Lebih dari itu, guru dapat mendesain pembelajaran sains melalui kegiatan proyek yang menyenangkan.
Sabtu kemarin (27/11), suasana pembelajaran di kelas V SD Negeri 2 Binangun nampak begitu dinamis. Siswa terlihat duduk berkelompok dan saling berinteraksi. Hari ini, mereka sedang mengerjakan proyek membuat alat cuci tangan otomatis. Proyek ini merupakan implementasi dari pembelajaran sains pada materi upaya menjaga ketersediaan air bersih. Guru mendesain pembelajaran menggunakan pendekatan STEM dengan model pembelajaran Project Based Learning.
Kegiatan pembelajaran dibuka dengan guru menampillkan video animasi mengenai perilaku pemborosan air. Melalui tayangan video ini, siswa distimulus untuk mampu berpikir kritis serta menyerap informasi yang disampaikan melalui media. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk melatih kemampuan literasi digital siswa.
Proyek diawali dengan pertanyaan mendasar yang diajukan oleh guru, yaitu “Bagaimana upaya yang dapat kita lakukan untuk mengurangi pemborosan air bersih? “. Pertanyaan ini mengarahkan siswa untuk mencari solusi atas permasalahan yang ada. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, guru meminta siswa melakukan pengamatan terhadap penggunaan air bersih. Siswa diminta untuk menghitung volume air yang keluar dari kran selama periode tertentu yaitu, 5 detik, 10 detik, 15 detik dan 20 detik, lalu siswa membandingkan hasilnya. Dari sinilah, siswa memperoleh pengetahuan bahwa semakin lama periode waktunya maka semakin besar pula volume air yang dikeluarkan kran.
Setelah berhasil menanamkan konsep tentang penggunaan air di atas, guru menghubungkannya dengan fenomena pemborosan air yang sering terjadi, yaitu lupa menutup kran air. Hal ini sesuai dengan peristiwa yang telah dicontohkan pada video di awal pembelajaran. Berangkat dari masalah ini, guru dan siswa sepakat untuk membuat proyek berupa alat cuci tangan otomatis, yang akan membantu mengurangi tingkat pemborosan air bersih.
Fase pembelajaran berikutnya adalah mendesain perencanaan produk. Dalam tahap ini, siswa merancang sketsa berupa gambar rangkaian alat cuci tangan otomatis sesuai dengan panduan guru. Selanjutnya guru menyampaikan teori, alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan alat cuci tangan otomatis. Siswa terlihat memperhatikan dengan seksama. Mereka terlihat antusias dan tertarik dengan bahan dan alat yang akan mereka gunakan. Bahkan, ada siswa yang terlihat kagum dengan alat sensor otomatis yang dikenalkan oleh guru. Ekspresi wajah mereka menggambarkan semangat belajar dan rasa ingin tahu yang tinggi.
Langkah selanjutnya adalah siswa mulai membuat produk sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya. Dalam tahap ini, siswa menggunakan bahan ajar digital berupa aplikasi yang telah dikembangkan oleh guru. Aplikasi ini, berisi menu berupa materi, kompetensi, video animasi serta panduan pengerjaan proyek. Siswa menginstal aplikasi ini pada smartphone mereka. Selanjutnya aplikasi ini, mereka gunakan sebagai panduan untuk mengerjakan proyek. Siswa terlihat antusias membuat rangkaian dengan menggabungkan kabel sesuai dengan sketsa yang sudah mereka buat. Memang terlihat rumit dan sulit, namun mereka tidak pantang menyerah. Bila merasa kesulitan, mereka meminta bantuan kepada guru. Dalam kondsi ini ,guru bertindak sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Guru membantu siswa dalam menghadapi kendala, serta membimbing untuk mencari solusinya.
Dalam tahap pembuatan proyek ini, guru juga memonitor keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Guru mendatangi setiap kelompok dan memantau keaktifan masing – masing anggota kelompok. Guru melakukan observasi terhadap kinerja di setiap kelompok dan menuangkannya dalam lembar observasi dan penilaian proyek dengan menggunakan model rubrik.
Setelah proses pembuatan selesai, selanjutnya adalah tahap uji coba. Setiap kelompok melakukan uji coba terhadap produk yang mereka buat. Ekspresi kagum, senang dan puas tampak dari wajah para siswa. Produk yang mereka buat telah berhasil di ujicobakan. Keberhasilan pembuatan produk, tampak ketika tangan mereka mendekat maka air akan keluar secara otomatis dan ketika tangan menjauh, maka air akan berhenti secara otomatis. Suara riuh tepuk tangan menggema di ruang kelas, mengiringi keberhasilan siswa membuat proyek alat cuci tangan otomatis.
Setelah berhasil menguji cobakan produk yang dibuat, selanjutnya siswa melakukan presentasi hasil karyanya di depan kelas. Setiap kelompok diwakili oleh satu orang siswa. Dengan pebuh percaya diri, siswa menyampaikan kegiatan proyek mereka laksanakan. Tahap pembelajaran ini, juga membantu siswa untuk meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Melalui kegiatan presentasi, siswa akan dilatih untuk mengkomunikasikan ide, gagasan serta pengalaman mereka secara lisan.
Di akhir pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi bersama terhadap proses pembelajaran yang telah dilalui. Siswa terlihat antusias ketika menyampaikan pengalaman belajar yang mereka dapatkan. Karena selain memahami konsep sains, mereka juga dapat menciptakan produk yang bermanfaat dalam kehidupan sehari - hari. Inilah makna merdeka belajar, siswa dipacu untuk berkreativitas serta membangun konsep dan pengetahuan mereka sendiri melalui desain pembelajaran yang berbasis karakteristik dan kebutuhan siswa.
Salam Pendidik….
Mendidik dengan cinta….
Raih Prestasi dan cita – cita….
Menginspirasi dengan karya…..
Tuti Susanti, S.Pd
Guru Kelas V SD N 2 Binangun
Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Dari Belajar Sains, Hingga Ciptakan Alat Cuci Tangan Otomatis
Minggu, 5 Desember 2021 12:15 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler